Jakarta – PT Sarana Pasar Digital, perusahaan teknologi finansial untuk layanan financing agent ke lembaga jasa keuangan melalui aplikasi ArtaKu, memperluas mitra lembaga jasa keuangan (LJK), seperti BPR dan BPRS, Lembaga keuangan mikro (LKM), pegadaian, dan lainnya untuk menjadi merchant di aplikasi tersebut.
Direktur ArtaKu Rocky Tanumihardjo menjelaskan bahwa ArtaKu telah mendapatkan izin sebagai Penyelenggara Inovasi Keuangan Digital (IKD) kluster financing agent dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 1 November 2021. Kemudian, ArtaKu mulai beroperasi pada Juni 2022. Kini, ArtaKu telah berpartner dengan memiliki lebih dari 60 bank perekonomian rakyat (BPR) dan bank perekonomian rakyat syariah (BPRS) yang menjadi merchant di aplikasi ini.
“Lembaga jasa keuangan seperti BPR dan BPRS baik kantor pusat, kantor cabang, maupun kantor kas bisa menjadi merchant yang mendaftar ke marketplace finansial ArtaKu. Kami baru launching pada Juni 2022, sekarang sudah ada lebih dari 60 BPR dan BPRS yang menjadi mitra ArtaKu yang tersebar di Pulau Jawa, mulai dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur,” ujar Rocky, ditulis Jumat (21/3/2023).
Dia menjelaskan, lembaga jasa keuangan dengan radius 30 km akan dihubungkan dengan nasabah melalui aplikasi ArtaKu. “Kenapa 30 km? Karena wilayah layanan BPR dan BPRS lebih bersifat lokal sehingga kami menilai radius 30 km cukup mewakili sebuah daerah,” katanya.
Menurutnya, ke depan perusahaan startup yang berkantor pusat di Surabaya ini juga akan ekspansi ke layanan lainnya, di antaranya funding (penghimpunan dana), seperti tabungan dan deposito sehingga tidak hanya layanan lending funding.
Rocky menambahkan, ekosistem ArtaKu merupakan layanan marketplace baik untuk nasabah baru, nasabah existing, maupun usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang dapat mengajukan pinjaman secara online. Dia mencontohkan, ketika nasabah mengajukan pinjaman ke BPR melalui ArtaKu, kemudian account officer BPR bersangkutan melakukan verifikasi melalui aplikasi. Selanjutnya AO akan survei langsung calon nasabah ini dan sudah dilengkapi dengan geotag (lokasi).
Selain Artaku, Rocky juga telah berhasil membangun sistem pembayaran yaitu GDCPay (penyedia jasa pembayaran) yang sudah mendapat izin dari Bank Indonesia (BI) dan telah memenuhi standar Open API BI SNAP. GDCPay akan melengkapi ekosistem ArtaKu.
ArtaKu memiliki 5 nilai lebih. 1) Pengajuan pinjaman dapat dilakukan online kapan saja, di mana saja, mudah, dan aman dengan radius 30 km. 2) Informasi perkiraan nilai jaminan, angsuran, dan biaya administrasi transparan. 3) Calon debitur bisa melacak secara real time proses pengajuan pinjaman yang telah berlangsung. 4) Bagi LJK, tidak ada biaya integrasi, biaya bulanan, atau biaya tahunan untuk kerja sama. 5) Bagi LJK, potensi mendapatkan fee based income.
Rocky menceritakan awal mula pendirian ArtaKu. Dia melihat bahwa industri BPR dan BPRS masih menghadapi berbagai kendala dalam melakukan transformasi digital. Melihat problematik ini, Rocky Tanumihardjo mencoba untuk menyelesaikan kendala yang dihadapi BPR dan BPRS melalui teknologi keuangan. Berbekal pengalaman berkarier di BPR sebagai komisaris independen, Rocky pun mendirikan marketplace keuangan ArtaKu.
“Jadi memang dari pengalaman di BPR, itu sulit melakukan digitalisasi. Kemudian, nasabah muda usia di bawah 40 tahun lebih menyukai hal praktis, yaitu hanya melalui aplikasi di gadget, tidak perlu hadir secara fisik. Tujuan utama untuk membantu digitalisasi BPR sehingga tidak ditinggalkan nasabah. Berangkat dari situ, saya mengembangkan teknologi marketplace, untuk menghubungkan lembaga finansial dan nasabah menggunakan teknologi,” jelasnya.
Dia menjelaskan, ArtaKu bertujuan untuk memberikan solusi transformasi digital bagi lembaga jasa keuangan sebagai upaya peningkatan daya saing lembaga jasa keuangan serta meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia serta penghubung antara nasabah dan BPR dan BPRS.
“Konsep awal memang membentuk sebuah marketplace sektor finansial. ArtaKu menghubungkan masyarakat yang akan mengajukan pinjaman secara online dengan jaminan [agunan], nanti akan terhubung ke BPR dan BPRS dengan radius 30 km,” tutur Rocky.
Menurutnya, ArtaKu menargetkan 50%-60% institusi nasabah BPR dan BPRS di seluruh wilayah Indonesia dapat menjadi mitranya. Bahkan, pada tahun ini juga, ArtaKu akan mengembangkan fitur baru untuk pembukaan rekening baru secara online. Dia menegaskan bahwa ArtaKu berbeda dengan aplikasi pinjaman online (pinjol). Pasalnya, pengajuan pinjaman melalui ArtaKu harus menyertakan agunan.
“Jadi orang masih berasumsi ArtaKu adalah pinjol. Misalnya ada nasabah yang sudah di-blacklist di pinjol kemudian menggunakan ArtaKu untuk mengajukan pinjaman online, tetapi wajib memiliki jaminan seperti sertifikat atau BPKB dan agunan lainnya, akhirnya sudah pasti tidak approved. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, fokus kami adalah membantu nasabah exisating BPR BPRS untuk memanfaatkan teknologi,” jelas Rocky.
Sumber: https://finance.detik.com/fintech/d-6684746/perusahaan-fintech-ini-gandeng-60-bpr-dan-bprs-jadi-mitra.